Oleh: Darman Leko, S.IP
Ketua Umum IMM Kota Ternate
_________________________________
BEGITU tragis dan ironis, ketika Maluku Utara didapuk sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia pada 2023. Namun, angka-angka megah itu hanyalah ilusi manis dari pemerintah pusat untuk masyarakat yang terpaksa bungkam oleh dalih “hilirisasi industri.” Padahal, data Badan Pusat Statistik (BPS) justru mencatat ironi: angka kemiskinan di daerah pertambangan terus merangkak naik.
Penduduk Halmahera Tengah dan Timur, misalnya, tak luput dari kemelaratan yang terbungkus rapih oleh kilauan emas dan perak.
Dalam perspektif agama, sumber daya alam adalah amanah dari Sang Khalik, namun tampaknya Maluku Utara sedang mengalami fase pengingkaran. Alam yang dirusak oleh tangan-tangan rakus sudah memberi peringatan: banjir bandang, air keruh, dan lahan tak lagi ramah. Alam berbicara lantang, tapi para penguasa tetap tuli.
Mahasiswa dan Ironi Pendidikan
Sementara itu, generasi muda negeri ini justru kehilangan arah. Pendidikan, yang seharusnya menjadi pilar pembangunan, berubah menjadi pilihan terakhir. “Kuliah ujung-ujungnya kerja juga, jadi lebih baik kerja di tambang,” begitu suara sumbang yang menjadi viral di kalangan anak muda. Apakah ini masa depan yang diimpikan? Mungkin, tapi hanya bagi mereka yang tak peduli pada kehancuran lingkungan dan nilai-nilai moral.
Korupsi: Misi Besar para Penguasa
Di atas panggung kekuasaan, korupsi, kolusi, dan nepotisme menjadi pentas utama. Maluku Utara, dengan segala kekayaan alamnya, malah menjadi ladang subur bagi mereka yang haus akan harta dan kuasa. Uang rakyat hilang dalam labirin pemerintahan, sementara rakyat hanya bisa gigit jari. Dana hasil tambang yang seharusnya untuk kesejahteraan publik, entah terselip di mana.
Harapan pada Pemimpin Baru?
Pemilu datang dan pergi, dengan janji-janji perubahan yang begitu manis. Tapi kenyataan hanya mengulang sejarah: pemimpin yang lahir dari sistem buruk, pada akhirnya, hanyalah kepanjangan tangan dari kepentingan pribadi dan golongan. Rasulullah SAW sudah memperingatkan, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah kehancurannya.” Sayangnya, memilih pemimpin saat ini lebih seperti rutinitas daripada harapan.
Namun, seperti kata Ali bin Abi Thalib, “Kezaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang baik.” Maka, bagi Anda yang masih merasa menjadi “orang baik,” sudah waktunya bergerak. Maluku Utara tak butuh angka-angka kosong; ia butuh hati yang tulus dan tangan yang siap bekerja. (*)