Opini  

Anak dan Harapan Masa Depan

Trisna Amrida.

Oleh: Trisna Amrida                             

Pegiat Sosial

MARAK berita bertebaran terkait penculikan anak di bawah umur dijadikan pengamen, dibunuh dan organ-organnya dijual.

Belakangan bahkan anak usia 17 tahun sudah menculik anak usia 11 tahun untuk dibunuh dan dijual karena tergiur dengan harga organ manusia yang mencapai bahkan miliaran rupiah.

Ini Tentunya sebuah masalah besar ketika anak di usia 17 tahun sudah memikirkan hal demikian bahkan berani membunuh untuk hanya mendapatkan rupiah dengan beralasan ingin membangun rumah untuk orang tuanya.

Ini membuat saya dan mungkin semua orang merasa bingung kenapa anak di usia semudah itu sudah berani memikirkan hal yang begitu kejam luar biasa.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan di sini yang pertama tentang sebab dilakukan nya, kedua adalah cara daripada niat yang ia inginkan tersebut.

Secara psikologi maupun keagamaan fitrahnya anak-anak itu selalu meniru Dan ketika mereka melihat kebaikan mereka akan ikut untuk baik sedangkan ketika mereka melihat keburukan mereka akan ikut untuk buruk.

Belum lagi, atas pergaulan bebas. Ditemukan kasus Diponegoro bahkan sampai 198 permohonan pengajuan dispensasi kawin usia anak (Hamil diluar nikah) sepanjang tahun 2020. Dan, ini baru data di Ponegoro, apakabar dengan daerah lain?

Ternate, kasus anak serupa juga banyak. Konsumsi obat-obatan, lem dan sejenisnya. Ini sungguh merusak generasi.

Dan tentu saja fenomena ini menjadi catatan besar bagi kita negara Indonesia terhadap anak-anak generasi kita ke depan. Kita perlu peduli lebih penting lagi terkait dengan kondisi daripada anak-anak Indonesia itu sendiri.

Anak-anak mereka yang memiliki masa depan akan lebih lama kedepannya. Penulis, sebagai seorang yang bekerja di dunia pendidikan ini menjadi sebuah catatan penting dan merasa bahwa pemerintah khususnya Indonesia untuk lebih memperhatikan anak-anak kita. Dalam UU negara kita sudah diatur dalam pasal yang menjelaskan tentang bahwa seluruh anak Indonesia wajib mengikuti pendidikan dasar selama kurang lebih 9 tahun dan wajib dibiayai oleh pemerintah.

Saya pikir ini harus terus digalakkan menyentuh anak-anak bahkan sampai di pelosok yang bisa jadi tidak memiliki biaya didorong untuk mengenyam pendidikan itu sendiri, paling tidak ada nilai-nilai yang akan diterapkan di dalam hidupnya bahwa sejalan antara nilai baik dengan cara yang baik itu tidak boleh bertolak belakang dalam pengaplikasiannya di kehidupan sehari-hari.

Anak-anak dengan usia yang masih begitu muda perlu terus dituntut dan dituntun untuk diarahkan kepada hal-hal kebaikan dan bisa jadi salah satu solusinya adalah dengan media pendidikan itu sendiri.

Tentu saja kita berharap bahwa hal ini tidak akan terjadi lagi kedepannya dan kita berharap bahwa anak-anak kita generasi-generasi ke depan akan tumbuh menjadi orang-orang yang kemudian memiliki nilai-nilai kebaikan di dalam hidupnya. Mengaplikasikan dengan cara-cara yang baik dan tentu saja sejalan atas niat dan cara tersebut. Mereka adalah anak-anak yang akan tumbuh dengan baik dan juga bukan hanya sekedar memperbaiki hidup tapi juga memperpanjang kebaikan kehidupan.

Tumbuh dengan baik menjaga kebaikan lingkungan kebaikan sesamanya sehingga hidup dan berkehidupan itu semakin baik dan berlangsung berkepanjangan.

Dalam Islam, Alquran mengantar umatnya dengan kisah-kisah pemuda, agar kapanpun, siapapun dan bagaimanapun keadaan umat ini, selalu terbit semangat muda yang bergelora untuk menjaga panji umat ini hingga tak akan jatuh, sampai kelak di akhir umur dunia.

Jadi, rasanya malu jika kita tak punya kontribusi terbaik untuk diri dan org lain sedang sudah Allah kisah kan sebelumnya tentang sosok-sosok yang bisa kita jadikan cerminan. Kitalah yang akan memilih akan menjadi apa kita saat sebenarnya potensi kebaikan, kebermanfaatan itu harusnya siap melejit dihari-hari kita.

Layaknya Muhammad Al Fatih, menciptakan sejarah peradaban besar, kontribusi besar di usia 21 tahun nya.

Atau, ingin menjadi kan’an? Putra nabi Nuh, yang meski dinasehati berulangkali tak ibah untuk patuh pada sang ayah. Keangkuhan telah menjadikannya sosok pemuda pilu.

Maka, pilihlah. Pilihan itu ada padamu

Dimasa depan, segala ketidakmungkinan akan hadir dalam kehidupan anak-anak generasi selanjutnya. Serta, tantangnya akan semakin sulit.

Tameng perlu dipersiapkan. Pendidikan menjadi sarana utama dalam kesiapsiagaan bagi pola asuh anak-anak.

Pemerintah, masyarakat, lingkungan, keluar orang tua perlu bersinergi dalam menyediakan waktu dan bersiap atas pembinaan anak, sehingga menguatlah mereka. Tumbuh dengan tanggu dan tak mudah terwarnai dengan segala hegemoni dunia yang mencekam.

Tentunya, Harapan besar bahwa anak negeri harus tetap menuntut ilmu, mengejar mimpi dan menjadi orang yang bermanfaat tidak bisa hanya dengan sekedar harapan belaka. Kita perlu turut andil berkontribusi paling tidak dengan memberikan sedikit motivasi.

Hampiri mereka. dekati dengan hati dan sampaikan bahwa sukses bukan hanya milik mereka yang memiliki uang banyak. Tetapi milik siapa saja yang punya ilmu, mimpi dan yang punya cita-cita besar menjadi orang besar.

Lalu jadilah mereka anak-anak yang tumbuh dengan harapan dan masa depan yang cemerlang. (*)

Exit mobile version